body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;}

DotKom's

welcome
Menulis di sebuah koran

Aku tengah menulis di sebuah koran
Lembaran-lembaran daun jatuh di muka
Angin mengomentari tingkah lakuku saat ini
Duduk, bernapas, dan menulis di sebuah koran

Biji-biji jambu berkolaborasi menghasilkan bunyi bersama genting
Satu-persatu menciptakan suatu irama yang begitu harmonis
Antara,
Angin bergesekan dengan daun
Biji-biji jambu yang membenturkan dengan genting
Daun yang berguguran,
Dan aku yang menggerutu di dalam hati

Aku terus menulis di sebuah koran
Tak tampak tulisannya
Sama, seperti kalian perlahan menjauhi diriku

Hampir limbung diperlakukannya
Berusaha menghapus tulisan, rasanya sudah tidak bisa.

Maka itu, aku gencar menulis di sebuah koran.

Bagas, Cikampek 2018
Serdadu

Bergerak dengan tertuju
Tanpa ada perbedaan mereka bersatu padu
Berlari bagaikan peluru
Dilema disaat bertemu seorang Ibu

"Ku tembak atau ku hormati dahulu?"

Beringas yang menggebu-gebu
Memaksakan wajah seram meski dicoret dengan abu
Hal terberat tentu adalah rindu
Rindu yang mencengkram bagai akar pohon randu

Kau adalah serdadu.
Aku tetaplah aku.

Bagas, Tangerang 2018
Pemberitahuan Singkat

Senja itu kamu, indah tapi sesaat.

Kau pergi ketika malam itu mendekat.

Sudah biasa, hanya selembar kertas dan sebuah pena yang ku pikat.

Itu lebih baik dibandingkan dirimu yang hampir diikat.

Bagas, Tangerang 2018
Selaras Cinta

Cinta itu selaras, tidak boleh maruk.
Berikan hatimu kepada yang seharusnya kau peluk.
Berpikir positif jangan malah ditumpuk.
Ataupun diaduk-aduk.

Karena cinta tidak hanya timbul di malam yang suntuk.
Jadi, memilihlah agar kau tidak terpuruk.

Bagas, Tangerang 2018
Manusia Tiri

Terlihat iri namun tidak mengakui
Namun ia malah mencaci maki
Terlihat limbung ku teliti
Namun ia malah menipu diri

Kau yang lebih selalu mengikuti
Memperlihatkan kau memiliki jati diri
Tak sadar semua adalah ilusi
Namun kau malah berbangga-bangga diri

Sungguh kau telah tak tahu diri
Menilai orang sesuka hati
Kau memang merasa bagai peri
Tapi kau malah menghakimi

Kau yang ku sebut sebagai "Manusia Tiri"
dan kau, akan merasakan mati.

Bagas, Juli 2018
Ingin 

Keluarga yang bahagia itu seperti apa
Coba aku tak pernah merasakannya
Aku ingin mencicipinya
Jika boleh aku ingin meminjamnya

Saat lebaran ini saja juga tak apa
Yang penting aku ingin mencicipinya
Iya! Aku ingin tahu rasanya

Keluarga itu apa?

Bagas, Tangerang 2018
Nidikola

Ancala menjulang nampak perkasa
Tak limbung digempur oleh prahara
Sosok kakek rentan terpica
Duduk bersila, ia bercura

Cakrawala tak sungkan menyajikan warna hitamnya
Semilir angin berselingkuh dengan suara seruling
Hujan yang frontal menggamparkan dunia
Suasana sore itu berubah terdengar hening

Hari demi hari keadaan manusia semakin fluktuasi
Disorientasi atas dasar mawas diri
Dengan kata pamrih meski enggan memberi
Mereka yang sudah lihai
Dilakukannya dengan menari
Sungguh fenomena penuh dengan lirih

Sosok kakek rentan terpica
Sudah tak terdengar lagi bercura
Teduh nan bersahaja dimakan usia

Bagas, Tangerang 2018
Sejenis Manusia

Didahulukan dengan pencintraan
Dilakukan dengan persona
Ditampilkan harus menawan
Dikemas dengan tertata

Kegaduhan tak terlihat mata
Keindahkan tak izin semesta
Kebohongan menjadi senjata

Sejenis manusia dengan wajah semu dan menyindir

Bagas, Tangerang 2018
Aku Berbaris

Dari kejauhan yang terlihat
Melihatmu kau begitu pandai membisu
Tak berkutik dengan mata tetap berkedip
Mengikuti setiap irama dalam detik

Membiasakan diri dengan mengintip
Seraya angin membisik dalam tanda kutip
Aku menunggumu di bawah hujan rintik-rintik
Suasana dingin pun bersikap relatif

Aku yang mencoba begitu romantis
Namun kau masih tetap apatis
Tidak begitu histeris
Tidak begitu juga terkikis

Kau yang begitu laris
Aku menantimu berbaris.

Bagas, Tangerang 2018
Waktu itu

Kau bertanya padaku apa itu rindu.
Aku hanya diam

Kau bertanya padaku siapa itu rindu.
Aku hanya diam

Kau bertanya padaku kapan datangnya itu rindu.
Aku hanya diam

Kau yang berkata bahwa rindu hanyalah buaian dari waktu yang terus berotasi.
Aku hanya diam

Ketika aku terus berdiam, kau malah berkata "Aku ingin kamu yang dulu?!"

Bagas, Tangerang 2018
Previous PostPostingan Lama Beranda